Puluhan Tahun Tinggal di Rumah Reyot, Warga Miskin di Boyong Jeneponto Akhirnya Dilirik Dinas Perkimtan Sulsel

    Puluhan Tahun Tinggal di Rumah Reyot, Warga Miskin di Boyong Jeneponto Akhirnya Dilirik Dinas Perkimtan Sulsel
    Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Pertanahan (Disperkimtan) Provinsi Sulawesi Selatan mendatangi salah seorang warga miskin yang tinggal di sebuah Rumah Tidak Layak Huni di Kabupaten Jeneponto, tepatnya di Kampung Boyong Tengah, Kelurahan Tontokassi Timur, Kecamatan Tamalatea/Syamsir.

    JENEPONTO - Kembali, Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Pertanahan (Disperkimtan) Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) mendatangi salah seorang warga miskin yang tinggal di sebuah Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) di Kabupaten Jeneponto, tepatnya di Kampung Boyong Tengah, Kelurahan Tontokassi Timur, Kecamatan Tamalatea.

    Diketahui, belum lama ini Dinas Perkimtan Susel beserta jajaran mengunjungi kasus serupa di Kampung Beru, Kelurahan Tamaroya, Kecamatan Tamalatea, Jeneponto. 

    Kali ini, dalam sebuah postingan yang dibagikan melalui Instagram Disperkimtan Sulsel. Arahan dari Gubernur Sulsel Bapak Andi Sudirman Sulaiman, Disperkimtan Sulsel melakukan kunjungan ke lokasi dan mendapati sebuah rumah panggung yang tampak berdiri di tengah permukiman kampung Boyong Kampoa, Kel. Tonrokassi Timur, Kec.Tamalatea Kabupaten Jeneponto.

    "KISAH HARU DIBALIK IDENTIFIKASI RTLH OLEH DISPERKIMTAN SULSEL, " tulisnya di Instagram yang dikirim Kadis Perkimtan Susel, Iqbal Suhaeb melalui pesan whatsApp pribadi, Senin (03/10/2022). 

    Disperkimtan Sulsel menceritakan tentang sebuah rumah reyot yang sangat tidak layak huni di Kabupaten Jeneponto. 

    Di mana ungkap dia, bahwa secara fisik rumah tersebut sangat tidak layak huni. Dari luar, tampak jendela yang tidak lagi memiliki kaca hanya ditutup kain seadanya dan tampak atas terdapat lubang yang menganga karena sebagian atap sengnya sudah bergeser dan rusak, kayu penopang rumah itu sudah miring seperti hendak roboh serta hanya ditopang oleh beberapa bambu dari belakang dan dari samping rumah.

    "Sepertinya rumah ini sudah lama ditempati tinggal oleh pemiliknya, " tulisnya lagi.

    Sore itu, tampak wanita setengah baya ditemani anak lelaki berumur sekitar 7 tahun ternyata masih menghuni rumah tersebut yang digenangi air hujan pada hari itu.

    Pemilik rumah itu dipanggil Ibu Indah. Mereka pun berbincang-bincang dengannya sekitar 20 menit sambil mengitari rumah yang tergenang air hujan setinggi 20 cm.

    Menjelang pukul 17.00 Tim Disperkimtan atas nama Pemerintah Privinsi Sulsel pamit sembari memberikan sumbangan yang disambut dengan isak tangis yang memilukan hati. 

    "Momen haru ini kami abadikan dengan foto bersama, " tulis di Instagramnya.

    Sore itu juga, tampak hadir Tim dari Dinas Perkimtan Kabupaten Jeneponto sambil memperkenalkan diri dengan Tim Tanggap Bencana Disperkimtan SulSel. 

    Tertanda, Guburnur Sulsel, Andi Sudirman Sulaimam, merangkai sebuah kalimat. Sepertinya, Rumah Tidak layak Huni (RTLH) masih menjadi persoalan di Provinsi Sulawesi Selatan termasuk di Kab. Jeneponto.

    "Enhancing Your Life for Better Tomorrow"@andisudirman.sulaiman@sulselprov.

    Diberitakan sebelumnya, Warga Miskin Ini 20 Tahun Tinggal di Rumah Reyot, Dua Anaknya Terpaksa Putus Sekolah Demi Nafkahi Orang Tua di Jeneponto.

    Dia adalah Amir Dg Rowa (46) selaku kepala keluarga dan istrinya bernama, Indah (43) tinggal sebuah rumah tua reyot yang tidak layak huni di Kampung Boyong Kampoa, Kelurahan Tonrokassi Timur, Kecamatan Tamalatea, Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan.

    Sepasang suami-isrti tersebut tinggal bersama 4 orang anaknya. Anak pertama bernama, Tamrin (18), Juliana (15), Armi (10) dan yang bungsu bernama, Imran (7 tahun).

    Dua orang diantaranya, yakni, Tamrin dan Armi terpaksa putus sekolah demi menopang kebutuhan hari-hari kedua saudara dan orang tuanya.

    Tamrin dan Armi bekerja sebagai kuli bangunan bersama bapaknya ketika dibutuhkan. Itupun tidak selamanya dapat panggilan dari orang.

    Keluarga yang dikaruniai 4 (empat) orang anak ini tinggal satu atap di rumah berukuran sekira 5x7 meter yang kondisinya sudah lapuk termakan usia. Mereka bertahan hidup dalam kondisi cukup memprihatinkan.

    Rumah yang ditempatinya tinggal selama kurang lebih 20 tahun tersebut, tidak hanya sempit, namun juga nyaris roboh. Tak satupun kayunya yang bisa digunakan kembali, dindingnya yang terbuat dari anyaman bambu beberapa bagian sudah lepas (copot) begitupula atapnya yang terbuat dari seng sudah banyak yang rusak, bocor dan bergeser dari posisinya.

    Sehingga dikala musim hujan seperti sekarang ini, sekeluarga terpaksa numpang tidur di rumah tetangganya.

    "Tolonglah saya pak dibantu supaya saya juga bisa tinggal di rumah yang layak huni bersama dengan anak-anak ku, kasihan kami pak dikala hujan begini kami terpaksa numpang tidur di rumah tetangga, " ucap Indah sesaat lalu sambil meneteskan air matanya.

    Penulis: Syamsir.

    jeneponto sulsel
    Muh. Andhi Syam

    Muh. Andhi Syam

    Artikel Sebelumnya

    Telan Anggaran Rp13 M, Aspal Jalan Lingkar...

    Artikel Berikutnya

    Berantas Kusta di Jeneponto, Wabup Paris...

    Berita terkait

    Rekomendasi

    Nagari TV, TVnya Nagari!
    Hendri Kampai: Saatnya Nikel Bicara! Mimpi Indonesia Menjadi Raja Komponen Kendaraan Listrik
    Jadikan 'Maung' Kendaraan Dinas Nasional, Presiden Prabowo Tunjukkan Konsistensi Cinta Produk Dalam Negeri
    Ketua Dewan Pers Apresiasi Kinerja Humas Polri di Hari Jadi Ke-73 Humas Polri
    Komjen. Pol. Boy Rafli Sebut Humas Polri Harus Terus Berinovasi

    Ikuti Kami