JENEPONTO - Menindaklanjuti berita yang dilansir media Publiksulsel.com, dengan judul. Miris, Warga Miskin Ini Tinggal di Rumah Tidak Layak Huni di Tamanroya Jeneponto, Anaknya Putus Sekolah. Artikel ini tayang pada Jumat (23/9/2022).
Kepada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Jeneponto, Drs, H. Nur Alam, terjun langsung kelapangan menggunakan kendaraan Dinas Kijang Inova beserta rombongan menemui anak yang putus sekolah dimaksud.
Baca juga:
Dikenang, Tentara Pendamping Belajar Daring
|
Anak yang putus sekolah itu bernama, Atipatul Nurhasana usianya kurang lebih 6 tahun. Orang tuanya bernama Ibu Nurhasana dan bapak Marido tinggal di sebuah rumah tidak layak di Kampung Beru, Kelurahan Tamanroya, Kecamatan Tamalaea, Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan.
Kadis Pendidikan, Nur Alam tampak didampingi oleh Korwil Kecamatan Tamalaea, Rahim Sila dan beberapa Kepala Sokolah (Kepsek) lainnya.
Dalam kunjungannya itu, selain menyerahkan bantuan kelengkapan alat sekolah, berupa. Pakaian seragam, buku, pulpen, tas dan lain-lain. Kadis Pendidikan Nur Alam juga ingin memastikan kebenaran informasi tersebut.
"Alhamdulillah, hari ini kita sudah berada di rumah bapak Marido untuk memastikan terkait adanya pemberitaan di media bahwa ada anak yang putus sekolah, " ungkapnya.
Lanjut Nur Alam, setelah melihat langsung ternyata betul adanya. Namun anak tersebut bukan putus sekolah, melainkan, anak itu memang belum pernah sekolah.
Nur Alam menjelaskan bahwa anak yang putus sekolah itu bilamana sudah mengikuti jenjang pendidikan kemudian berhenti/tidak lanjut.
"Jadi saya hanya meluruskan saja kalau anak ini bukan putus sekolah ya, tapi memang belum pernah ikut jenjang pendidikan, " jelas Nur Alam.
Namun meski demikian, Nur Alam menegaskan bahwa pihaknya tidak ingin mendengar ada gregenerasi bangsa yang tidak sekolah lagi atau putus sekolah.
"Saya tidak mau dengar ada anak-anak kita yang tidak bersekolah, karena sekarang semua serba gratis. Kasihan anak-anak kita kalau tidak sekolah, " tegasnya.
Sisa bagaimana kemudian mendorong kesadaran orang tuanya masing-masing untuk menyekolahkan anaknya. Sebab, Nur Alam bilang pihaknya tidak pernah membebani biaya sekolah semua serba gratis.
"Aduuh.., ternyata selain Atipatul ada lagi kita temukan dua orang anak yang tidak sekolah, atas nama Novi dan Faiz, ini masih di kawasan yang sama, " beber Nur Alam.
Menurut Nur Alam kalau Atipatul ini umurnya sudah cukup, artinya, sudah bisa dimasukan di dapodik sebagai peserta didik informal. Termasuk dua orang anak ini, Novi dan Faiz.
"Makanya saya sengaja bawa Kepala sekolah supaya langsung didaftar dan langsung dikasih masuk hari ini sekolah di kelas 1, " terangnya.
"Saya juga ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada teman-teman media atas pemberitaannya sehingga kita bisa tindak lanjuti, karena tidak semua bisa kita jangkau, " sambungnya.
Nur Alam juga harapkan dukungan pemerintah daerah melalui APBD atas persetujuan DPRD untuk mendorong dan peduli terhadap pendidikan yang ada di Kabupaten Jeneponto.
"Saya ingin mengetuk hati Komisi IV untuk mengalokasikannya. Dan saya yang akan turun langsung kelapangan menyasar anak yang putus sekolah atau anak yang pernah bersekolah tapi putus sekolah, " katanya.
Kenapa, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Janeponto terbilang rendah. Sebab kata Nur Alam salah satu faktornya pendidikan yang rata-rata lambat masuk sekolah.
"Sudah sepantasnya dia masuk sekolah tapi belum sekolah. Inilah yang harus kita dorong, " tambahnya.
Usai penyerahan bantuan kelengkapan alat sekolah, Kadis Pendidikan, Nur Alam beserta rombongan betolak ke Desa Sapanang dalam rangka penyerahan ijin operasional Pondok Pesantren Tahfidz Qur'an Nurul Hidayah Sapanang.
Penulis: Syamsir.